Palangka Raya, pilarkalimantan.com – Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Kalimantan Tengah mengadakan acara bertajuk “Dialog Kebersamaan dalam Keberagaman” di Aula Rahan, Universitas Palangka Raya pada Senin (4/11/24). Acara ini berhasil menarik ratusan peserta dari kalangan pelajar SMA, mahasiswa, dan anggota organisasi kemasyarakatan di Kota Palangka Raya.
Dialog ini menghadirkan tiga narasumber utama yang membahas isu-isu krusial bagi generasi muda, yaitu perwakilan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kalteng, Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Kalteng, dan Satuan Tugas Densus 88 Antiteror. Ganjar Satrio, S.Sos., M.AP., dari Densus 88 Antiteror, memaparkan ancaman radikalisme dan terorisme yang kerap menyasar kaum muda.
“Paham ideologi yang bertentangan dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) masih menyusup di kalangan pelajar dan mahasiswa. Oleh karena itu, kita perlu memperkuat pemahaman mereka tentang Pancasila, karena mereka adalah masa depan bangsa,” ungkap Ganjar.
Ia menjelaskan bahwa radikalisme merupakan ideologi yang menginginkan perubahan sosial dan politik melalui kekerasan dan sering kali menjadi pintu masuk bagi terorisme.
Selain itu, Ganjar menyoroti pentingnya toleransi dan penerapan empat pilar kebangsaan—Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika—untuk menangkal pengaruh radikalisme. Faktor sosial dan ekonomi, lanjut Ganjar, sering menjadi latar belakang munculnya radikalisme, terutama pada masyarakat berpenghasilan rendah yang rentan terhadap ideologi ekstrem.
Sementara itu, Abdul Kadir, Ketua Tim Pemberdayaan Masyarakat dari BNNP Kalteng, membahas masalah penyalahgunaan narkoba di kalangan anak muda. Ia menyebutkan dua alasan utama yang membuat generasi muda rentan terhadap narkoba, yakni rasa ingin tahu yang besar dan target jangka panjang para pelaku peredaran narkoba.
“Anak muda lebih mudah dipengaruhi oleh hal-hal baru, dan bagi pelaku, mereka adalah investasi jangka panjang, karena potensi penggunaan narkoba dapat berlanjut bertahun-tahun,” kata Abdul Kadir. Ia juga memperkenalkan beberapa bentuk narkotika jenis sabu yang kini semakin beragam dan sulit dideteksi masyarakat umum.
Abdul Kadir menekankan pentingnya peran generasi muda sebagai bonus demografi untuk menuju Indonesia Emas 2045, dengan menambahkan bahwa penyalahgunaan narkoba dapat mengancam potensi besar ini jika tidak ditangani sejak dini.
Acara ini diharapkan mampu memperkuat nilai-nilai toleransi dan kebersamaan dalam keberagaman, serta meningkatkan kesadaran kolektif generasi muda untuk bersama-sama menolak paham radikal dan penyalahgunaan narkoba.( Es )